Selasa, 09 September 2014

RUMAH ADAT MALUKU

RUMAH ADAT MALUKU


Baileo itu sebutan atau nama dari rumah adat orang Maluku, dengan bentuk bangunan yang besar, material bangunan sebagian besar berbahan dasar kayu, kokoh dengan cukup banyak ornamen, ukiran yang menghiasi seluruh bagian dari rumah tersebut.
Tidak seperti halnya fungsi rumah adat pada suku-suku lain di Indonesia, Baileo atau sebutan harfiahnya Balai, merupakan rumah yang di bangun dengan tujuan yang berbeda, bukan sebagai rumah untuk dihuni atau rumah tinggal, melainkan bangunan yang berfungsi untuk Landmark suatu desa bagi orang-orang Maluku (rumah yang di gunakan sebagai tempat kegiatan atau upacara adat bagi warga kampung).
Baileo merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat pertemuan warga (balai bersama), selain sebagai tempat pertemuan / kegiatan Baileo juga berfungsi untuk menyimpan benda-benda suci, senjata atau pusaka peninggalan dari nenek moyang warga kampung tersebut.
Rumah adat Baileo ini mempunyai beberapa bagian yang mempunyai fungsi yang berbeda dan mempunyai filosofi yang tersirat di dalamnya.
Pada intinya rumah adat Baileo ini dibuat tanpa dinding, hal ini bermakna agar roh nenek moyang dapat dengan leluasa untuk keluar masuk kedalam rumah adat tersebut.


Bagian depan atau pintu masuk rumah adat Baileo terdapat Batu Pamali batu besar yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesaji

Selasa, 01 April 2014

SEJARAH KOTA AMBON



Kota yang berjuluk Manis e ini, meski masuk kategori kota sedang di Indonesia, namun terkenal karena keindahan alamnya yang dikelilingi perbukitan, laut dan teluk yang indah. Sayang keindahan itu hancur lebur baik fisik maupun non fisik, ketika dilanda konflik sosial pada 19 Januari 1999 sampai sekitar awal 2004.
Kota Ambon bukan hanya dikenal sebagai ibukota Provinsi Maluku (termasuk Maluku Utara ketika belum dimekarkan), namun jauh sebelumnya ratusan tahun lalu, kota ini sudah menjadi markas atau ibukota dari penjajah Portugis, Belanda dan Spanyol. Menjadi pusat pemerintahan Gubernur Jenderal Belanda selain Batavia yang kini dikenal dengan nama Jakarta, ibukota Republik Indonesia. Bahkan para saudagar dari negeri Cina, Arab dan India, pun sudah berdatangan sejak saat itu.
Bila diulas, sejarah Kota Ambon terlalu panjang lebar. Tentunya dengan episode tersendirinya. Yang pasti, Ambon sebelum dimekarkan wilayahnya pada tahun 1979, luasnya hanya sekitar 4 kilometer persegi. Atau kurang lebih dari Batugantung sampai jembatan Batumerah saja. Waktu itu penduduknya sekitar 100.000 lebih jiwa. Akibatnya Kota Ambon saat itu dikenal sebagai salah satu kota terpadat di dunia!
Setelah dimekarkan, luas wilayah Kota Ambon adalah 377 kilometer dari Latuhalat, Waitatiri, Laha, termasuk kampung-kampung di pegunungan. Penduduknya sebelum konflik 1999 berjumlah kurang lebih 350.000 jiwa, kini diperkirakan sekitar 250.000 sampai 300.000 jiwa.
Terbentuk
Berdasarkan fakta sejarah dan hasil kajian yang dilakukan para ahli dan Universitas Pattimura, cikal bakal lahirnya Kota Ambon dimulai dari Benteng Nieuw Victoria, yang terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri.
Hal itu, ditandai dengan dibangunnya Benteng Portugis di Pantai Honipopu (sekarang kawasan Belakang Kota) pada tahun 1775, yang kemudian disebut Benteng Kota Laha atau Ferangi, yang diikuti kehadiran kelompok-kelompok masyarakat yang mendiami sekitar benteng lantaran dijadikan sebagai pekerja benterng tersebut.
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai Kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda sekaligus mengontrol jalur perdagangan melalui badan perdagangannya VOC, dan benteng itu diubah namanya menjadi Nieuw Victoria yang dikenal sampai saat ini.
Kelompok-kelompok masyarakat ini kemudian dikenal dengan nama Soa Ema, Soa Kilang, Soa Silale, Hative, Urimessing dan Mardika disusul Kampung Cina (kawasan A.Y. Patty) dan lain-lain, di mana kelompok masyarakat inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan Kota Ambon tahun 1775.
Tanggal 7 September 1921 masyarakat Kota Ambon diberi hak yang sama dengan pemerintah kolonial sebagai manifestasi hasil perjuangan rakyat Indonesia asal Maluku dibawah pimpinan Alexander Yacob Patty, untuk menentukan jalannya pemerintahan kota melalui wakil-wakil dalam Gemeenstraad (dewan kota) berdasarkan keputusan Gubernur General No.7 (Staadblad 1921 nomor.524) tertanggal 7 September 1921.ditetapkan sebagai tanggal kelahiran Kota Ambon. (dari berbagai sumber)